TONGKONAN

What is Tongkonan?

Apa itu Tongkonan?


Tongkonan is central to the Torajan society, although nowadays a lot of people including most Torajans tend to think of Tongkonan as a particular type of house – the traditional one. Tongkonan actually determines one’s origin, family ties, wealth, and social standing. Every Torajan belongs to one or more Tongkonan. The community leaders – up to now – usually know who belongs to which Tongkonan based on family trees. Coming from the same Tongkonan means coming from the same ancestors. In this way every Torajan will know whether he/she is a relative of a particular person or not. Tongkonan Tanete in Tonglo/Madandan for example is currently a home for no less than 5,000 people. My father is the eighth level descendant of that Tongkonan. 
Tongkonan sangat sentral bagi masyarakat Toraja, meskipun sekarang ini banyak orang termasuk orang Toraja cenderung menganggap Tongkonan sebagai rumah tradisional. Tongkonan sesungguhnya menentukan asal seseorang, hubungan keluarga, kekayaan, dan status sosial. Setiap orang Toraja berasal dari satu atau lebih Tongkonan. Tokoh-tokoh masyarakat biasanya mengetahui berasal dari Tongkonan mana berdasarkan silsilah. Datang dari Tongkonan yang sama berarti datang dari nenek moyang yang sama. Dengan demikian setiap orang Toraja akan tahu apakah dia kerabat dari seseorang tertentu atau tidak. Tongkonan Tanete do Tonglo/Madandan misalnya adalah rumah dari tidak kurang dari 5.000 orang. Ayah saya merupakan turunan ke delapan dari Tongkonan tersebut.

Tongkonan is actually an institution. It reflects the structure of Torajan society. It comprises of at least 5 components, the people and the house, paddy field (uman-na), garden (pa’lak-na), field (rante-na) for various ceremonies, bamboo garden (to’tallang-na). As an institution Tongkonan is associated with power or authority and of course social status.  Those belong to the same Tongkonan have the same social standing. Although nowadays due to modernization Torajans no longer openly acknowledge social standing, they still however talk about it during daily conversation. Those came from noble families are still honored in various ways especially in the Tallu Lembangna area (Makale, Sangalla’, Mengkendek).
Tongkonan sesungguhnya adalah suatu lembaga. Tongkonan merefleksikan struktur masyarakat Toraja. Tongkonan paling tidak memiliki 5 hal yaitu, orang (warga) dan rumah, sawah, kebun, lapangan untuk melaksanakan berbagai acara, hutan bambu. Kelembagaan Tongkonan doasosiasikan dengan kekuasaan dan tentu saja status sosial. Mereka yang berasal dari Tongkonan yang sama mempunyai status sosial yang sama. Meskipun saat ini karena modernisasi orang-orang Toraja tidak lagi mengakui secara terbuka status sosial, mereka masih membicarakannya dalam percakapan sehari-hari. Mereka yang berasal dari keluarga ningrat masih tetap dihargai dalam berbagai bentuk khususnya di wilayah Tallulembangna (Makale, Sangalla', Mengkendek).

There are at least two types of Tongkonan – the naming varies from one area to another - namely Tongkonan Layuk and Tongkonan Batu A’riri. Tongkonan Layuk has a ruling power. In the Mengkendek region Tongkonan Layuk is usually located high on the cliff even sometimes on top of a rocky mountain. In this way the Tongkonan would be easier to be defended against in coming enemies and on the other hand it would be difficult to be conquered by the enemies. Sassa’ in Pangrorean Mengkendek is an example of a Tongkonan Layuk located about 100 meters from the ground (see picture below). As a ruling Tongkonan, there are 11 subordinate Tongkonan under Sassa. They are all located on the ground – at the foot of the mountain. It was the task of the subordinate Tongkonan to protect and support Sassa’ in all respect including to make sure that there were adequate food at all times.
Paling tidak ada dua jenis Tongkonan - penamaan berbeda antar wilayah - yaitu Tongkonan Layuk dan Tongkonan Batu A'riri. Tongkonan Layuk mempunyai kekuasaan mengatur. Di wilayah Mengkendek Tongkonan Layuk biasanya berada di atas gunung kadang-kadang di puncak gunung batu. Dengan demikian Tongkonan akan lebih mudah dipertahankan terhadap musuh dari luar dan akan lebih sulit ditaklukkan musuh. Sassa' di Pangrorean Mengkendek merupakan salah satu contoh Tongkonan Layuk yang berlokasi kira-kira 100 meter dari tanah (puncak gunung). Sebagai Tongkonan yang mempunyai kekuasaan, ada 11 Tongkonan di bawah Sassa'. Mereka semua di kaki gunung. Adalah tugas ke 11 Tongkonan tersebut untuk membela dan memenuhi kebutuhan Sassa'.

Stone pathway going up to Sassa' - good to test heart condition

The veranda of Tongkonan Sassa' house

A view from Sassa' - overlooking paddy fields and Kandora mountain

Power in Torajan society even until now is associated with food entitlement. In every ceremony/ritual/party certain parts of a buffalo/pig will be given to certain people. The highest honor is symbolized with buffalo head. Hence in every event in the Pangrorean area for example, Tongkonan Sassa’ will always be given a buffalo head, the same case with Tongkonan Sanik in the Tangti area east of Sassa' located on top of the other end of the same mountain, other Tongkonan will be given different parts of buffalo (heart, kidney, intestine) in line with their status/roles. Some one will stand up in the middle of an event (ceremony/party) and begin naming (shouting) the Tongkonan one by one while lifting/showing the part of buffalo or pig entitled to a particular Tongkonan. Those belong (entitled) to that Tongkonan will then come forward and pick up the meat – later going home with rosy feeling of course.  For this reason, buffalos/pigs are cut in peculiar ways, not every one can become a butcher as he must know which part must be tied with which part and then must be given to whom. The butcher is also entitled to certain part of the animal.
Kekuasaan dalam masyarakat Toraja hingga sekarang ini dihubungkan dengan pembagian makanan. Dalam setiap acara/ritual bagian tertentu dari kerbau/babi yang dipotong akan diberikan kepada orang-orang tertentu. Penghargaan tertinggi diasosiasikan dengan kepala kerbau. Oleh karena itu dalam setiap kegiatan di Pangrorean misalnya, Tongkonan Sassa' akan selalu diberi kepa[a kerbau, sama halnya dengan Tongkonan Sanik di Tangti yang berlokasi di atas gunung sebelah timur dari gunung yang sama di mana Sassa' berada. Tongkonan lain akan mendapatkan bagian lain dari kerbau (jantung, paru-paru, perut) sesuai dengan status/peran masing=masing Tongkonan. Di tengah suatu acara, seseorang akan berdiri dan mulai menyebut Tongkonan satu demi satu sambil mengangkat bagian kerbau atau babi untuk Tongkonan tersebut. Mereka yang merasa berhak (pewaris) atas jatah Tongkonan tersebut akan tampil untuk mengambil daging tersebut - kemudian pulang ke rumah tentu saja dengan perasaan yang berbunga-bunga. Karena itu kerbau/babi dipotong dengan cara khusus, tidak semua orang dapat menjadi tukang potong karena dia harus tahu persis bagian mana harus digabungkan dengan bagian mana dan untuk siapa. Tukang potong juga akan mendapat bagaian tertentu.  

In terms of pig’s head entitlement, there is a completely opposite system between the people in the North (Rantepao area) and those in the South (Makale area). For those in the North, pig’s head is considered honorary food hence usually given to the noble people. However in the South, pig’s head is the food of the laborer, it is for those who carry the pig to the party. Hence it will be an insult if it is given to the nobles – although pig’s head is probably the most delicious part. That’s why some times those in the North tease those in the South that the noble people in the South is deceived by their laborer.
Dalam hal kepala babi, ada sistem yang sangat berbeda antara masyarakat Toraja di bagian utara (wilayah Rantepao) dan bagian selatan (wilayah Makale). Bagi mereka di utara, kepala babi merupakan makanan kehormatan, sedangkan bagi mereka di selatan untuk pekerja, bagi mereka yang memikul babi. Oleh karena itu untuk di Selatan, merupakan penghinaan bila diberikan kepada orang terhormat - walaupun kepala babi mungkin merupakan bagian yang paling lezat. Oleh karena itu mereka di utara secara berkelakar mengatakan, mereka di selatan dibohongi oleh pekerjanya.

In the old days, it was very difficult and expensive to build the arch type houses. Only those who had a lot of wealth (paddy, buffaloes, pigs) would afford to build one. For that reason, such houses were associated with Tongkonan – hence called Tongkonan house. Nowadays we can find almost everywhere in Tana Toraja the arch type houses as the Torajans are getting wealthier.
Pada masa lampau sangat sukar dan mahal untuk membangun rumah tradisional, hanya mereka yang mempunyai harta (padi, kerbau, babi) yang mampu membangunnya. Oleh karena itu rumah tradisional biasanya diasosiasikan dengan Tongkonan - karena itu disebut rumah Tongkonan. Sekarang ini rumah model ini dapat ditemukan dimana-mana karena orang-orang Toraja semakin sejahtera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar